Lover, kb. Kekasih.
Aku tak pernah menginginkan kekasih. Untuk mendapatkan kekasih, aku harus kembali ke akar kata itu (love;kasih). Aku memang tak pernah menginginkan kekasih, tapi aku selalu ingin mencintai, dan dicintai.
Ketika
aku berkata, Jadilah Kekasihku. Maksudku
bukan, ayo menjalin hubungan. Aku
tidak bermaksud. Jadilah Rahasiaku.
Aku
ingin kita kembali ke akar tadi.
Aku
ingin kau menjadi orang yang mencintaiku.
Aku
ingin menjadi orang yang mencintaimu.
(david
leviathan, 2011 hlm. 141)
Entah sudah hari keberapa kita
menghabiskan waktu bersama, saling mengisi dan memenuhi hari. Aku terlalu
bahagia dihadirkan seseorang yang sepertimu.
Jeda.. Mungkin itulah yang saat ini
paling kita butuhkan. Aku terlalu asyik mencintaimu, terlalu asyik percaya
padamu, sampai-sampai aku lupa bahwa kaupun membutuhkan waktu untuk dirimu.
---
Fledgling,
ks. Masih muda, belum berpengalaman.
Arah
dan tujuan kita jelas, namun kita menganggap bahwa kita masih terlalu muda
untuk melangkah pada hubungan yang lebih serius. Kamu belum puas dengan masa
bermain mu, dan aku masih belum banyak belajar mengenai hal masa depan.
Dalam Jeda ini, aku harap bisa membuka
pikiran dan hati masing-masing dari kita. Entah akhirnya kita akan kembali atau
memutuskan untuk tak saling menghubungi.
Biarlah.. Kita masih muda, kan? Anggap saja sebagai pelajaran bagi
kita untuk masa yang akan datang. Setidaknya aku pernah merasakan bagaimana
dicintai dan diperhatikan oleh orang lain.
---
Misgivings,
kb. Perasaan waswas; perasaan khawatir.
Semalam
aku mendapatkan keberanian untuk bertanya kepadamu apakah kau menyesali kita?
“Aku kehilangan beberapa hal,”
katamu. Tapi kalau aku tidak memilikimu, aku akan kehilangan lebih banyak lagi.”
(david
leviathan, 2011 hlm. 147)
Aku tak pernah seberani ini, aku adalah
manusia paling pasrah yang tak pernah bisa mengembangkan keinginanku. Aku
membiarkan waktu membawaku pada takdir, mimpi-mimpiku menguap bersama angin
yang berhembus dalam hidupku.
Berulang kali aku katakan “Aku mencintaimu,
hidupku adalah tentang kamu” pertama kali dalam hidupku, aku menginginkan
sesuatu dan aku mengatakannya. AKU TAK MAU KEHILANGANMU!
Perjalanan yang telah kita lewati, waktu
yang telah kita lalui tak bisa dengan mudahnya aku menyerahkannya pada masa.
Masa yang mengantarkan kita pada jurang yang hampir seorang pun tak bisa
melaluinya.
Keinginan ini menguasai diri, menyelimutiku,
bahkan memaksaku untuk memenuhinya. Aku tak lagi menjadi aku yang selama ini.
Aku menjadi aku yang mencintaimu dan menginginkan bersamamu.
---
Innate,
ks. Naluriah.
Aku selalu
mengecek teks darimu, berharap kita seperti biasa. Entahlah.. Seolah seperti
sudah menjadi kebiasaan yang harus aku lakukan setiap kali ku pegang handphone,
darimu.
Bagaimana pun kehilangan bukanlah hal
yang mudah, namun ini semua salah kita, kita terlalu egois! Kita menganggap
bahwa kita saling memiliki. Akhirnya masa mengantarkan kita pada waktu dimana
kita tak lagi merasa tak sanggup untuk bersama namun terlalu sulit untuk saling
melepaskan, melepaskan hal yang sebenarnya bukan milik kita. Kau, bukan
milikku. Dan aku bukan milikmu. Kita adalah milik kita masing-masing.
---
Placid,
ks. Tenang.
Terkadang
aku menyukai ketika kita hanya duduk saling bersampingan, menyadari bahwa kita
sedang bersama.
Pada akhirnya kita membutuhkan Jeda..
Jadi marilah berhenti sejanak, menjauhkan diri dari kebersamaan untuk melihat
kedalam diri kita masing-masing, apa
benar kita harus bersama. Aku akan melihat kedalam hatiku, apa benar aku
mencintaimu, atau aku hanya terlalu egois untuk selalu ada disisimu.
Kau pun, lihatlah pada hatimu, apa benar
kau mencintaiku, atau kau hanya terbiasa ada aku.
Semoga waktu mengantarkan kita pada
kebahagiaan, meskipun akhirnya kita tak bersama..
(Ramadhan, 11, 1438 H)
No comments:
Post a Comment