Tuesday, June 6, 2017

- Jeda -


Lover, kb. Kekasih.

Aku tak pernah menginginkan kekasih. Untuk mendapatkan kekasih, aku harus kembali ke akar kata itu (love;kasih). Aku memang tak pernah menginginkan kekasih, tapi aku selalu ingin mencintai, dan dicintai.

Ketika aku berkata, Jadilah Kekasihku. Maksudku bukan, ayo menjalin hubungan. Aku tidak bermaksud. Jadilah Rahasiaku.
Aku ingin kita kembali ke akar tadi.
Aku ingin kau menjadi orang yang mencintaiku.
Aku ingin menjadi orang yang mencintaimu.
(david leviathan, 2011 hlm. 141)

Entah sudah hari keberapa kita menghabiskan waktu bersama, saling mengisi dan memenuhi hari. Aku terlalu bahagia dihadirkan seseorang yang sepertimu.
Jeda.. Mungkin itulah yang saat ini paling kita butuhkan. Aku terlalu asyik mencintaimu, terlalu asyik percaya padamu, sampai-sampai aku lupa bahwa kaupun membutuhkan waktu untuk dirimu.
 ---

Fledgling, ks. Masih muda, belum berpengalaman.

Arah dan tujuan kita jelas, namun kita menganggap bahwa kita masih terlalu muda untuk melangkah pada hubungan yang lebih serius. Kamu belum puas dengan masa bermain mu, dan aku masih belum banyak belajar mengenai hal masa depan.

Dalam Jeda ini, aku harap bisa membuka pikiran dan hati masing-masing dari kita. Entah akhirnya kita akan kembali atau memutuskan untuk tak saling menghubungi.
Biarlah.. Kita masih muda, kan? Anggap saja sebagai pelajaran bagi kita untuk masa yang akan datang. Setidaknya aku pernah merasakan bagaimana dicintai dan diperhatikan oleh orang lain.
---

Misgivings, kb. Perasaan waswas; perasaan khawatir.

Semalam aku mendapatkan keberanian untuk bertanya kepadamu apakah kau menyesali kita?
            “Aku kehilangan beberapa hal,” katamu. Tapi kalau aku tidak memilikimu, aku akan kehilangan lebih banyak lagi.”
(david leviathan, 2011 hlm. 147)

Aku tak pernah seberani ini, aku adalah manusia paling pasrah yang tak pernah bisa mengembangkan keinginanku. Aku membiarkan waktu membawaku pada takdir, mimpi-mimpiku menguap bersama angin yang berhembus dalam hidupku.

Berulang kali aku katakan “Aku mencintaimu, hidupku adalah tentang kamu” pertama kali dalam hidupku, aku menginginkan sesuatu dan aku mengatakannya. AKU TAK MAU KEHILANGANMU!
Perjalanan yang telah kita lewati, waktu yang telah kita lalui tak bisa dengan mudahnya aku menyerahkannya pada masa. Masa yang mengantarkan kita pada jurang yang hampir seorang pun tak bisa melaluinya.

 Keinginan ini menguasai diri, menyelimutiku, bahkan memaksaku untuk memenuhinya. Aku tak lagi menjadi aku yang selama ini. Aku menjadi aku yang mencintaimu dan menginginkan bersamamu.
---

Innate, ks. Naluriah.

Aku selalu mengecek teks darimu, berharap kita seperti biasa. Entahlah.. Seolah seperti sudah menjadi kebiasaan yang harus aku lakukan setiap kali ku pegang handphone, darimu.

Bagaimana pun kehilangan bukanlah hal yang mudah, namun ini semua salah kita, kita terlalu egois! Kita menganggap bahwa kita saling memiliki. Akhirnya masa mengantarkan kita pada waktu dimana kita tak lagi merasa tak sanggup untuk bersama namun terlalu sulit untuk saling melepaskan, melepaskan hal yang sebenarnya bukan milik kita. Kau, bukan milikku. Dan aku bukan milikmu. Kita adalah milik kita masing-masing.
---

Placid, ks. Tenang.

Terkadang aku menyukai ketika kita hanya duduk saling bersampingan, menyadari bahwa kita sedang bersama.

Pada akhirnya kita membutuhkan Jeda.. Jadi marilah berhenti sejanak, menjauhkan diri dari kebersamaan untuk melihat kedalam diri kita  masing-masing, apa benar kita harus bersama. Aku akan melihat kedalam hatiku, apa benar aku mencintaimu, atau aku hanya terlalu egois untuk selalu ada disisimu.

Kau pun, lihatlah pada hatimu, apa benar kau mencintaiku, atau kau hanya terbiasa ada aku.

Semoga waktu mengantarkan kita pada kebahagiaan, meskipun akhirnya kita tak bersama..


(Ramadhan, 11, 1438 H)

No comments:

Post a Comment