Judul
tulisan ini terdengar begitu kejam ya, kesannya orang yang nulis tuh pendendam
banget gitu ya? Padahal nggak juga sih! Kenapa engga? Ya kalo orang itu
ngebalesnya balesan kebaikan ke orang lain apa itu disebut kejam? Jelas tidak
‘kan? :D
Ya
intinya sih, mendapat balasan sesuai dengan apa yang diberikan. Kamu jahat sama
aku nanti aku jahatin juga. Dan kalo kamu baik sama aku nanti aku baikin balik.
Kayak simbiosis mutualisme, kerja sama, saling tolong menolong, balas budi;
saling menguntungkan satu dengan yang lainnya. Dan dengan pemikiran ini semua
urusan bakal kerasa mudah karena setiap orang saling membantu.
Tapi
beda dengan pemikiran disatu sisi, seolah-olah lagi kaya lagi war, perang, adu-aduan, kompetensi,
saling menjatuhkan; saling merugikan satu dengan yang lainnya, berusaha buat
bikin lawan tumbang, kalah, kehilangan dan menghabiskan.
Kamu
boleh melakukan apapun, nanti aku balas. Kalimat itu adalah salah satu kalimat
yang selalu aku pegang dari dulu; hasil pembelajaran hidup dari apa yang ibuku
berikan. Dulu itu sebelum kelas empat SD semuanya terasa mudah, enak dan
menyenangkan. Setelah itu… ya enak juga sih… tapi, ibu mulai mengajarkan apa
yang harus dan tidak aku lakukan seumur hidupku. Salah satunya adalah “Kamu
bakal dapet balesan sesuai dengan apa yang kamu berikan atau kamu lakukan.”
“Bu,
teteh mau makan!” Siang itu pintaku setelah pulang dari sekolah.
“Iya. Tapi teteh ganti baju dulu, beresin tas dan sepatunya, abis gitu sapu semua ruangan rumah!” Jawab ibuku.
“Bu!
Teteh capek baru pulang sekolah, teteh mau makan sekarang!”
“Nggak!
Lakuin dulu apa yang ibu suruh tadi. Kalo nggak ya belum boleh makan!” Perintah
ibuku dengan suara yang makin meninggi.
Karena
takut mendengar suara ibu yang begitu meninggi, dengan perasaan kesal, marah
dan terpaksa akhirnya aku menurutin apa yang ibu perintahkan. Ya mau bagaimana
lagi, nanti gak dapet makan. Huft..
Aku
ganti pakaian sekolahku dengan pakaian rumah, menyimpan sepatu dan tas pada
tempatnya lalu membersihkan seluruh ruangan kamar dan rumah dan menyapunya.
Setengah jam sudah kuhabiskan waktuku untuk melakukan itu semua. Akhirnya aku
duduk di kursi depan memagang kipas bergambar mickey mouse sambil mengipas-ngipaskannya kebagian leherku.
Tidak
berapa lama ibu datang membawa minum dan makanan di piring.
“Ini
teh.. Makan.” Kata ibu sambil memberikannya kepadaku
Dengan
muka sedikit agak sebal akhirnya
akupun mengambilnya, aku tidak bisa menyembunyikan kalau perutku lapar sekali. Padahal
sebenarnya aku ingin sekali ngambek sama ibu.
“Makasih
ya teh, udah mau ngelakuin apa yang ibu suruh.” Katanya memulai pembicaraan
sambil tersenyum. Ah… aku sudah tak bisa marah lagi kalau lihat ibu senyum!
“Hmm..”
Aku bergumam sambil memakan makan siangku.
“Teteh
marah ya sama ibu?... (aku hanya
melanjutkan makan tanpa menjawab pertanyaan ibu) Yaudah gapapa kalau teteh
marah sekarang, nanti sore juga mau deketin ibu terus meluk ibu sambil cerita
tentang kejadian di sekolah ‘kan? (aku
hanya mencibir mendengarnya) hahaha… Oya, mulai besok biasakan seperti hari
ini ya, sayang! Membereskan rumah, makan makanan siang dan setelah itu… mencuci
piring!”
Saking
kagetnya mendengar apa yang ibu katakan, aku sampai-sampai akan mengeluarkan
bola mataku. (sumpah yang ini hiperbola,
hahaha) tapi aku beneran kaget!!!
“Ibu
apaan sih! emangnya aku pembantu harus beres-beres rumah terus nyuci piring
segala lagi!” Jawabku sambil marah-marah
“Lho
kok kamu bilang gitu? Kamu tau ‘kan ibu setiap pagi bersih-bersih rumah,
mencuci baju, menyiapkan sarapan buat bapak dan kamu lalu mencuci piring? Terus
menurut kamu ibu pembantu gitu?”
“Ya,
nggak bu.. (sambil menggelengkan kepala)
tapi, ‘kan itu udah tugasnya ibu begitu, tugas aku ya cuma sekolah aja.” Jawabku
“Ya
ampun enak banget ya jadi kamu sayang… tinggal sekolah makan dan main gitu?
Kalo bertukar posisi bagaimana? Mau nggak?”
“Ya
mana bisa bu!”
“Kenapa
nggak? Ibu bisa saja bertukar posisi dengan bapak. Ibu bekerja mencari nafkah
dan bapa yang membersihkan rumah, ‘kan? (aku
hanya terdiam) Maafin ibu teh, bukan maksud ibu buat jadiin kamu pembantu
di rumah ini, menyuruh kamu melakukan pekerjaan lalu baru memberi kamu makan.
Tapi bukankah untuk mendapatkan sesuatu kita harus bisa memberikan sesuatu
dulu, atau sebaliknya setelah memberika sesuatu biasanya kita akan dapat
balasan atas apa yang telah kita lakukan?”
“Kenapa
gitu, bu? ‘kan kata ibu ada yang namanya cinta, dengan cinta itu kita bisa
memberikan apapun buat orang yang kita cintai dan atau sebaliknya kita bisa
mendapatkan apapun karena kita dicintai, ‘kan?”
“Betul
sekali.. Wah anak ibu pinter banget yaa (ibu
semakin mendekat padaku dan menyandarkan kepalaku pada pundaknya). Sekarang
ibu tanya, setelah kita memberikan apapun kepada yang kita cintai bukankah kita
ingin orang yang kita cintai itu mencintai kita dan selalu ada disamping kita
bukan? (aku mengagguk) dan kita bisa
mendapatkan apapun karena kita dicintai itu…. Emh… banyak alasannya sih tapi salah
satunya karena kita telah memberikan sesuatu kepada yang mencintai kita
sehingga kita bisa ia cintai.”
“Tapi
kan ada juga yang dicintai karena punya wajah yang cantik atau ganteng terus
ada juga yang dicintai karena orangnya lucu atau orangnya baik.”
“Itu
juga termasuk apa yang dia berikan sebelum dicintai sayang… bisa jadi orang
yang cantik itu sebelumnya tampil didepan yang mencintainya dia pergi ke salon
dan membeli baju baru ke pasar, lalu akhirnya dia bisa dicintai ‘kan? (aku mengangangkan kedua pundakku)
bukannya itu termasuk apa yang dia lakukan sebelum mendapatkan sesuatu? Di
zaman yang sudah serba berbayar dan mudah ini, jarang sekali mendapatkan
sesuatu karena dicintai dengan cuma-cuma. Kamu harus melakukan sesuatu
terlebih-dahulu sebelum mendapatkan sesuatu. Itulah aturannya sayang. Kita
boleh saja memberikan sesuatu kepada orang lain atau melakukan sesuatu untuk
mendapatkan yang kita mau, asalakan tujuan kita baik dan cara yang dipakainya
juga baik. Makanya besok kalo ibu suruh lagi kamu harus ikhlas ya, biar dapet
makan siang, dapet cinta dari ibu sama dapet pahala dari Allah.” Ibu menutup
pidatonya dengan senyum yang lebar.
“Iya
bu… tapi bu, kalo aku membalas orang yang jahat sama aku gimana?”
“Ehm..
Boleh saja! Allah juga bilang kita boleh membalas hal yang sama atas perlakuan
buruk orang lain (An-Nahl:126 ) tapi bakal lebih baik kalo kamu bersabar dan
mendoakan yang terbaik buat orang yang udah jahatin kamu itu. kamu harus inget karena
kalo kamu jahatin orang lain, suatu saat nanti kamu akan mendapatkan hal yang
sama meski bukan orang tersebut yang membalasnya. Kalo kamu kesel sama seseorang,
lebih baik kamu diemin aja dan gak usah deket-deket lagi sama dia. Bahasa anak
sekarangnya mah, cukup tau aja! Hahaha…” Jawab ibu sambil tertawa menutupi
mulutnya. Aku ikut tertawa, mengangguk, dan mengerti.
Baiklah
aku mengerti sekarang, seperti itulah memang hidup, saling memberi. Entah itu
memberi kebaikan atau sebaliknya. I-N-T-I-N-Y-A Kita mah baik dulu aja sama orang,
urusan orang itu baik lagi atau nggak sama kita itu urusan dia sama Allah. Karena
kita akan mendapatkan balasan atas apa yang kita lakukan dan orang lainpun akan
mendapatkan balasan atas apa yang dia lakukan meskipun bukan dari orang yang
sama. Jadi baik dan ikhlas, that’s teh
key. J